Halloween party ideas 2015

SENANDUNG lagu dangdut terdengar dari balik deretan pohon cemara yang berdiri tegak menghadap Teluk Sesar di sebelah barat Bula, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Deringan gitar berpadu suara serak, mengantar beberapa bocah bergoyang. Tontonan itu ada di Pantai Gumumai suatu siang akhir Maret lalu. Syahbudin Suakur, pria yang kini berusia 72 tahun itu memainkan gitar tuanya untuk menghibur cucu-cucunya. 

Mereka menikmati liburan akhir pekan di pantai yang berjarak lebih kurang 3 kilometer dari Bula itu. Suasana pantai terasa asri, diterpa embusan angin sepoi-sepoi yang mengundang rasa kantuk. Seusai melantunkan lagu berirama dangdut, Syahbudin kembali memetik dawai gitarnya. Kali ini, iramanya lebih pelan. Ia menyanyikan lagu berjudul ”Bula”. Syair lagu itu mengisahkan kekejaman tentara Jepang terhadap warga pribumi, kala Jepang menduduki Bula ketika Perang Dunia Kedua. Tahun itu Syahbudin lahir, 1943. Gumumai adalah bahasa setempat, yang dalam bahasa Indonesia berarti ”Mari Berkumpul”, merupakan tempat istirahat bagi para pekerja romusa di antaranya ayah Syahbudin yang bernama Suakur. 

Di Pantai Gumumai mereka bersembunyi melepas kepenatan, setelah dipaksa bekerja memenuhi kebutuhan logistik perang tentara Jepang, terutama penyediaan pasokan bahan bakar. Di Bula terdapat puluhan tempat pengeboran minyak bumi. Ada ladang minyak tua yang sudah dieksploitasi sejak awal abad ke-20 oleh Belanda. Hingga kini, ladang itu masih berproduksi. ”Pantai Gumumai merupakan tempat peneduh sejak zaman penjajah,” ujar Syahbudin. Pantai Gumumai pada sore hari menjelang malam terasa lain. Deburan ombak Laut Seram mengejar puluhan ekor bangau yang mencari kepiting kecil di pasir. Saat air laut hendak menyentuh kaki-kaki panjang itu, burung-burung bangau serentak terbang. Ketika air laut bergerak surut, bangau-bangau kembali mendarat. Pelepas dahaga Selain menjadi oase bagi warga setempat, Pantai Gumumai juga seolah menjadi pelepas dahaga bagi tamu yang baru tiba di Bula, terutama yang menggunakan moda transportasi darat. Perjalanan darat memang cukup melelahkan bahkan menegangkan. 

Untuk mencapai Bula, tamu yang melewati Ambon menyeberang dengan Feri ke Waipirit, Kabupaten Seram Bagian Barat. Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Waipirit menuju Bula, dengan melintasi Gunung Sawai Saleman yang oleh warga setempat dinamakan Gunung SS. Kelokan jalan yang berjumlah lebih dari 350, ditambah beberapa ruas yang rusak, mengocok perut sehingga mendorong rasa mual yang berujung muntah. Ketika melintasi ruas sempit bertepi jurang, penumpang memang harus tahan napas. Kondisi jalan seakan menegaskan keseraman Pulau Seram. Namun, derita perjalanan lintas pulau dengan luas 18.625 kilometer persegi itu, seakan terbayarkan saat mendatangi Pantai Gumumai. Gemulai daun-daun cemara seakan mengucap selamat datang kepada pengunjung ketika memasuki tempat itu. Kendati masih sepi dari wisatawan luar daerah, Pantai Gumumai tidak sepi menyajikan tontonan menawan. 

Pantai yang memiliki luas sekitar 30 hektar dan ditumbuhi lebih dari 2.000 pohon cemara itu kini menjadi wisata pantai favorit masyarakat setempat. Rindangnya pohon cemara menjadi peneduh di kala terik, dihiasi hamparan pasir hitam yang membentang sepanjang hampir 2 kilometer di kala surut, serta menyuguhkan kejar-kejaran antara ombak dan bangau di saat petang menjemput malam. Mengunjungi tempat itu tidak butuh biaya besar. Wisatawan yang menggunakan sepada motor cukup membayar Rp 3.000, sedangkan yang membawa masuk kendaraan roda empat dikenakan tarif Rp 7.000. Di sana tersedia 13 gazebo yang bisa dipakai berkumpul bagi pengunjung rombongan. 

Minimnya akses transportasi menuju Bula menyebabkan tempat itu belum diketahui banyak wisatawan terutama yang berasal dari luar Maluku. Hingga saat ini, belum ada pesawat komersil yang melayani penerbangan Ambon-Bula. Satu-satunya akses adalah jalur darat. Akibatnya, pengenalan wisatawan luar tentang lokasi wisata itu juga masih sangat kurang. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Seram Bagian Timur, gencar melakukan promosi. Setiap tamu daerah yang datang selalu di ajak ke pantai itu. Sementara untuk fasilitas penunjang terus disediakan pihak swasta. 

Di Bula terdapat satu hotel kelas melati dan lima penginapan. Menurut rencana, pemerintah akan bekerja sama dengan investor untuk mengembangkan Pantai Gumumai, agar lebih menarik. Setiap tahun diselenggarakan lomba dayung, yang oleh masyarakat setempat disebut arumbai manggurebe. Pertengahan tahun ini, pemerintah berencana akan mendatangkan banana boat untuk meramaikan wisata di Gumumai. Mari berkumpul di Pantai Gumumai. (Fransiskus Pati Herin)

sumber : https://travel.kompas.com/read/2015/07/03/145400527/Mari.Berkumpul.di.Pantai.Gumumai

Tour de Moluccas (TdM) menjadi pembuka promosi pariwisata di Provinsi Maluku. Salah satunya adalah promosi Seram bagian Timur.
Ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Bula, menjadi titik awal etape ketiga Tour de Moluccas 2017, yang finis di Kota Wahai, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (20/9) pagi. Sebelumnya, Selasa (19/9) malam, para pebalap menyelesaikan etape kedua di kota terbesar di Kabupaten Seram Bagian Utara tersebut.
Demi menyukseskan TdM 2017, Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) membenahi salah satu objek wisata unggulan di Bula, Pantai Gumumae, yang menjadi titik start etape ketiga. TdM 2017 menjadi kesempatan Pemkab SBT untuk mempromosikan berbagai destinasi pariwisata unggulan di SBT. 
Menurut Bupati SBT, Abdul Mukti Keliobas, ditunjuknya Seram Bagian Timur sebagai salah satu bagian dalam rute balap sepeda TdM 2017 merupakan berkah tersendiri. Kegiatan ini menjadi momentum buat Pemkab SBT untuk mempromosikan dan mengenalkan objek wisata andalan di kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tengah tersebut.
Selain Pantai Gumumae, SBT memang memiliki objek wisata unggulan lainnya, seperti Taman Laut Koon, Pulau Geyzer di gugusan kepulauan Seram Laut, dan Danau Soli. Pun dengan potensi pariwisata berupa sumber mata air panas di tebing Nif. "Event ini adalah pintu masuk kami untuk mempromosikan pariwisata. Untuk itu, pemerintah dan warga Seram Bagian Timur memberikan antusias luar biasa terhadap event ini. Untuk itu, kami benar-benar serius dan kami merasa harus sukses di Kabupaten Seram Bagian Timur dibanding di kabupaten lain," kata Abdul Mukti kepada wartawan.
Abdul berharap, TdM dapat menjadi agenda pariwisata tahunan dan SBT menjadi salah satu lokasi lomba sepeda berskala internasional tersebut. Selain itu, dengan kesuksesan penyelenggaraan TdM 2017 di SBT, lanjut Abdul Mukti, bukan tidak mungkin SBT akan kembali menjadi tujuan rute TdM pada penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya, ataupun menjadi tempat penyelenggaraan event-event besar, baik bertaraf nasional maupun internasional. "Karena saya sangat mengharapkan tahun depan, ajang ini bisa kembali diadakan dan menjadikan Bula sebagai salah satu tujuan rute. Kami akan selalu menyambut baik event-event besar semacam ini demi mengangkat daerah kami," ujar Abdul Mukti.
Selama lima hari, 18 hingga 22 September, Pemerintah Provinsi Maluku bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata menggelar ajang balap sepeda berskala internasional, Tour de Moluccas (TdM). Kegiatan olahraga berbasis pariwisata ini menjadi event balap sepeda berskala internasional pertama yang digelar di Provinsi Maluku. TdM 2017 akan melintasi tiga kabupaten di Pulau Seram dan satu kota di Pulau Ambon, dan terbagi dalam lima etape. Empat etape akan digelar di Pulau Seram, dan satu etape bakal dilaksanakan di Pulau Ambon, tepatnya di Kota Ambon. Sejumlah rute dalam lomba tersebut akan melewati berbagai objek wisata, seperti Pantai Namalutu dan Pantai Gumumae. Selain itu, sejumlah etape di lomba ini juga bakal melewati tepi pantai dan pesisir di sepanjang Pulau Seram, serta mengitari Kota Ambon.

sumber :
https://www.republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/17/09/21/owmpk8370-tdm-2017-sebagai-promosi-pariwisata-seram-bagian-timur
Diberdayakan oleh Blogger.